HARIAN MASSA – Sebuah kapal tanker bahan bakar besar yang telah lama ditinggalkan di lepas pantai Yaman, diperkirakan para peneliti akan menumpahkan isinya dalam waktu dekat.
Jika hal tersebut terjadi, para peneliti menyebut bencana kemanusiaan akan terjadi di Yaman. Tumpahan minyak akan mengganggu masuknya pasokan pangan dan air untuk jutaan warga di Yaman.
Dampak ini, bisa terjadi karena Hampir 70 persen bantuan kemanusiaan untuk warga ke Yaman, masuk melalui pelabuhan Hodeidah dan Salif, yang berada di dekat kapal tanker tersebut.
Kapal bahan bakar bernama FSO Safer tersebut, diketahui telah berusia 45 tahun dan memuat 1,1 juta barel minyak mentah. Kapal tersebut telah ditinggalkan di dekat pelabuhan barat Yaman, Hodeida sejak 2015.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Nature Sustainability pada Senin 11 Oktober 2021, para peneliti dari Universitas Stanford, Universitas Harvard, dan UC Berkeley mengatakan, tumpahan minyak dari kapal tersebut juga akan menyebabkan bencana lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Bahkan, dari dampak tumpahan bahan bakar tersebut dikatakan para peneliti akan dirasakan di seluruh wilayah Yaman.
"Dampak kesehatan masyarakat dari tumpahan dari kapal tanker minyak Safer diperkirakan akan menjadi bencana besar, terutama untuk Yaman," sebuah pernyataan dalam studi tersebut seperti dikutip Harian Massa, Selasa 12 Oktober 2021.
Sebagai perbandingan, jumlah minyak di kapal tanker tersebut empat kali lipat lebih banyak dibanding insiden tumpahan minyak terbesar di dunia, dari kapal Exxon Valdez pada tahun 1989.
Area Laut Merah yang akan terkena dampak tumpahan minyak ini, adalah rumah bagi beberapa pelabuhan Yaman, serta beberapa pabrik desalinasi dan perikanan yang memberikan pendapatan bagi jutaan orang Yaman.
Selain kerusakan pantai, para peneliti mencatat bahwa ada potensi polusi udara yang mampu mencapai hingga wilayah tengah dan utara Yaman. Meningkatkan jumlah risiko penyakit karena polusi dari 5,8 menjadi 42 persen.
"Dengan hampir 10 juta kehilangan akses ke air bersih dan tujuh juta kehilangan akses ke pasokan makanan, kami memperkirakan juga akan terjadi kematian massal akibat kelaparan, dehidrasi, dan penyakit yang ditularkan melalui air," terang Benjamin Huynh, peneliti dari Universitas Stanford.
Ini semakin diperparah dengan perkiraan kekurangan bahan bakar dan pasokan medis, yang berpotensi menyebabkan penutupan rumah sakit secara luas." ujarnya.
Baca Juga: Gara-Gara Puluhan Durian Montong Dicuri, Pedagang di Tangsel Alami Kerugian Capai Rp 5 Juta
Pada bulan Juni, Dewan Keamanan PBB menuduh kelompok Houthi menunda penilaian teknis kapal tanker tersebut. Dokumen internal yang diperoleh Associated Press mengungkapkan bahwa air laut telah masuk ke kompartemen mesin kapal tanker pada Juni 2020, menyebabkan kerusakan pada jaringan pipa dan meningkatkan risiko tenggelam.
Houthi, bagaimanapun, menyalahkan PBB atas gagalnya pembicaraan seputar kapal tanker minyak Safer dan mengklaim badan internasional itu mengesampingkan sebagian besar pemeliharaan yang disepakati karena kurangnya dana.
Artikel Terkait
Siti Ulfa Atamimi asal Bogor dan Mahathir Mohammad asal Depok Jadi Pemenang Moka Jabar 2021
Hadist Riwayat Al Hasan Al Bashri, Islam Tidak Anjurkan Umatnya untuk Mengemis
Promosi Angkot Si Banteng, Wali Kota Arief Jadi Sopir
Gegara Selebaran Demo, 3 Mahasiswa Unpam Babak Belur Dikeroyok
Duh! Nama Benyamin Davnie Ditulis Sebagai Wali Kota Tangerang, Kok Bisa?
Medan Mulai Gelar PTM, Skema Hibrid Diberlakukan