HARIAN MASSA - Google telah secara ilegal membayar lebih rendah ribuan pekerja sementara di sejumlah negara. Perusahaan Google juga diketahui menunda untuk mengoreksi tingkat pembayaran selama lebih dari dua tahun karena berusaha menutupi masalah tersebut.
Dilansir Harian Massa dari laman The Guardian, Eksekutif Google telah menyadari setidaknya sejak Mei 2019, perusahaannya gagal mematuhi undang-undang di Inggris, Eropa, dan Asia, yang mewajibkan pekerja sementara dibayar dengan tarif yang sama dengan karyawan penuh waktu bila melakukan pekerjaan serupa.
Tetapi, alih-alih segera memperbaiki kesalahan, Google justru menyembunyikannya selama dua tahun. Google dianggap takut akan adanya peningkatan biaya untuk departemen yang sangat bergantung pada pekerja sementara, potensi paparan klaim hukum, dan pemberitaan pers yang negatif.
Baca Juga: WHO Ragu Vaksin Bisa Akhiri Pandemi Covid-19
Google pun saat ini mengakui kegagalan tersebut dan mengatakan pihaknya akan melakukan penyelidikan.
“Namun demikian, jelas bahwa proses ini belum ditangani secara konsisten dengan standar tinggi yang kami pegang sebagai perusahaan. Kami sedang melakukan peninjauan menyeluruh, dan kami berkomitmen untuk mengidentifikasi dan mengatasi perbedaan gaji yang belum ditangani oleh tim," kata Spyro Karetsos, kepala kepatuhan Google, dalam sebuah pernyataan.
“Dan kami akan melakukan tinjauan terhadap praktik kepatuhan kami di bidang ini. Singkatnya, kita akan mencari tahu apa yang salah di sini, mengapa itu terjadi, dan kita akan memperbaikinya.” tambahnya.
Diperkirakan, total biaya yang harus dibayar oleh Google untuk pekerja yang belum menerima haknya secara penuh tersebut, mencapai $100 juta atau lebih dari Rp1,4 triliun.
Artikel Terkait
Tanah Longsor Bogor : Dua Rumah Rusak dan 93 Warga Mengungsi
Demokrat Kubu AHY Bubarkan Pesta HUT Demokrat Kubu Moeldoko
Kekeyi Kembali Berulah, Warganet: Please Sayangi Diri Sendiri
Dicandain Sama Gempi, Anak Sultan Andara Viral
Polisi Amankan Guru Cabul di Wonogiri