• Jumat, 29 September 2023

Tragedi Kelam di Balik Sejarah Hari Buruh Sedunia

- Senin, 1 Mei 2023 | 06:50 WIB
Ilustrasi tragedi Haymarket. Foto: Istimewa
Ilustrasi tragedi Haymarket. Foto: Istimewa

HARIAN MASSA - Telah banyak ulasan tentang sejarah May Day atau Hari Buruh Sedunia yang diperingati setiap 1 Mei. Ulasan kali ini, hanya untuk menyegarkan kembali ingatan tentang hari penting itu.

Bermula dari gerakan 8 jam kerja, di Chicago, pada 1 Mei 1886. Gerakan buruh anarkis dan komunis ini merupakan respon atas kultur kerja di pabrik yang menuntut buruh bekerja 12 hingga 18 jam perhari.

Dilansir dari buku Apa Itu Anarkisme Komunis, Alexander Berkman mengatakan, gerakan 8 jam kerja pada 1 Mei 1886, di Chicago, dengan cepat menyebar ke seluruh penjuru negeri.

Baca juga: Pengakuan Algojo: Aku Ikut Menembak Mati Tan Malaka

"Awalnya ditandai oleh pemogokan yang diumumkan di sebagian besar pusat-pusat industri besar. Dua puluh lima ribu karyawan meletakkan peralatan kerja mereka, di Chicago, pada hari pertama pemogokan," katanya, hal 79.

Dalam dua hari, jumlah mereka telah berlipat ganda dan pada tanggal 4 Mei, hampir semua buruh kota yang berserikat melakukan pemogokan. Rapat-rapat pemogok pun diserang polisi dengan ganas.

Serangan polisi paling parah terjadi di tempat kerja McCormick. Mereka bersama dengan kelompok Pinkerton dengan brutal menembaki para buruh yang mogok kerja dan menewaskan 4 orang, serta sejumlah lainnya terluka.

Emma Goldman dan Alexander Berkman. Dua tokoh anarkisme. Foto: Istimewa
Emma Goldman dan Alexander Berkman. Dua tokoh anarkisme. Foto: Istimewa

Serangan brutal polisi ini mendapat kecaman dari serikat-serikat buruh yang melakukan pemogokan. Untuk memprotes tindakan itu, para buruh mengadakan pertemuan akbar di Lapangan Haymarket, pada 4 Mei.

Baca jugaKen Arok dan Kisah Perebutan Kekuasaan di Jawa Abad ke-13

Pertemuan buruh itu berjalan damai. Bahkan dihadiri oleh Wali Kota setempat Carter Harisson dan melaporkan, bahwa pertemuan itu berlangsung damai hingga larut malam.

"Para peserta pertemuan mulai bubar satu persatu, sampai hanya tersisa sekitar 200 orang. Lalu, tiba-tiba sebuah detasemen yang terdiri dari ratusan polisi bergegas menuju tempat kejadian," sambung Berkman, di hal selanjutnya.

Pasukan kepolisian ini dipimpin oleh Inspektor Bonfield. Mereka langsung menghampiri pembicara dalam pertemuan Samuel Fielden, untuk menghentikan orasinya dan langsung membubarkan massa buruh.

Tetapi, salah seorang tidak dikenal dan tidak diketahui hingga saat ini, melemparkan bom dinamit ke polisi. Tujuh orang polisi dan 4 orang warga sipil tewas terkena ledakan. Sedang puluhan lainnya menderita luka.

Halaman:

Editor: Ibrahim H

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X