BERITA FOTO: Mural-mural Langka di Masa Perjuangan Kemerdekaan Indonesia

- Jumat, 27 Agustus 2021 | 02:15 WIB
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

HARIAN MASSA - Pada masa Perjuangan Kemerdekaan, mural pernah digunakan para pejuang dan seniman indonesia untuk perlawanan. Media yang digunakan pun sama dengan sekarang, tembok gedung dan pagar jalanan.

Begitupun dengan isinya, tidak ada yang berubah. Hanya saja, pada saat itu mural digunakan untuk menyemangati para pejuang dan mengkritisi pemerintah kolonial belanda. Sedangkan sekarang, kritik diarahkan ke pemerintah sendiri.

Baca juga: Mengenal Soegiarin, Jurnalis yang Memviralkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Tetapi, tidak seperti pemerintah saat ini, dulu mural tidak dianggap berbahaya meski jelas berisi propaganda. Tidak seperti saat ini, mural dianggap musuh yang harus dihapus jika berisi nada kritis dan menyinggung pemerintah.

Sejarawan JJ Rizal mengatakan, mural setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, merupakan penanda kebencian rakyat terhadap kolonialisme. Semua kebencian rakyat dituangkan dalam bentuk mural dan vandal.

"Seperti halnya laskar, maka mural setelah proklamasi kemerdekaan 17.8.45 adalah penanda bahwa rakyat benci terhadap kolonialisme apa pun bentuknya," katanya, dikutip ulang Harian Massa, Jumat (26/8/2021).

Dalam postingan baru grup komunitas Facebook Album Sejarah Indonesia, sejumlah poto mural masa perjuangan berhasil diabadikan oleh para fotografer perang. Berikut dokumentasi mural yang cukup langka tersebut:

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 1, berlokasi di sebuah Vila Singosari Malang yang terbakar, dengan tanggal 4 November 1947 oleh fotgrafer Bill Carmiggelt. Beberapa mural yang bertuliskan :
- "Terus Berjuang"
- "Djika belanda Ta' Süka Di Djadjah Djangan Mendjadjah" (Dengan gambar Ratu belanda yang diinjak oleh sepatu lars tentara Nazi, diperlihatkan lambang Swastika Nazi di sepatu lars tersebut)
- "Siap sedia"
- "Ati2 Waspada"

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 2, berlokasi di Garut, Jawa Barat pada bulan September 1947 oleh fotografer J.C Taillie. Terlihat mural yang menggambarkan barisan pejuang dengan perekonomian dan pertanian rakyat yang bertuliskan, "Teroes Berdjoang Oentoek Keselamatan Bersama"

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 3, berlokasi di Kuningan, Jawa Barat bulan Juli 1947 dengan tulisan bahasa Inggris : "Full Indenpendece And Internarional Brotherhood Of All Freedomloving Peoples".
Fotografer van Kalken.

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 4 berlokasi di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 22 Desember 1948. mural bertuliskan "Agressi Spoor ? Baik ! Kita Gempur Pasti Hancur !"
"Blanda Datang ? Bumi Hangus Kita Lakukan !". Yang dimaksud Spoor adalah Komandan Militer belanda bernama Jenderal Simon Spoor yang memimpin Agresi Militer belanda I dan II.

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 5-7, berlokasi di Salatiga, pada tanggal 1 Oktober 1947 oleh fotografer Th. van de Burgt.

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 5 :
"Barang Siapa Menolong Moesoeh Diboenoeh Oleh Ra'jat" dan "Hai Pemoeda, Sekarang Djaman Perdjoeangan Djangan (tidak terbaca)

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 6 :
Dengan gambar mural seorang pria berusaha "menghajar", terdapat tulisan "Apalagi Moesoeh, Sedangkan Bangsa Kita Yang Merintangi Kemerdekaan Haroes Diboenoeh"

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 7 :
Dengan gambar mural seekor harimau menerkam seorang pria, dengan tulian "Apalagi Moesoeh Kita, Sedangkan Bangsa Kita Sendiri Jang Menghalang2ngi RI, Diboenoeh Ra'jat Taoe !"

Foto 8 berlokasi di Yogyakarta, pada tanggal 19 Desember 1948 oleh fotografer J. Zijlstra. Terlihat warga sedang berkumpul dengan background tembok bertuliskan "Siapa Toeroet N.I.C.A Pengchianat", "Toedjoean Kita Merdeka", dan "Soekarno-Hatta YES, Van Mook V.der Plass NO". Hubertus van Mook adalah Wakil Gubernur-Jenderal Hindia belanda, sedangkan Charles Olke van der Plas adalah tangan kanan van Mook

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 9 berlokasi di Bandung, Jawa Barat pada bulan April 1946 oleh fotografer Willem van de Poll. mural bertuliskan dalam bahasa Inggris, "After the recognition of out 100% independence, WE 7.000.000 Indonesians are ready to make discussions to all nations of the world. Before ... NO and NEVER also with you v. Mook with your 'grocer's policy'"

Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie
Mural masa perjuangan. Foto: Fotocollectie Dienst vor Legercontacten Indonesie

Foto 10, mural yang pernah masuk dalam majalah Time Life 1945/1946 oleh fotografer Jhon Florea. Tidak diketahui lokasinya. Bertuliskan dalam bahasa Inggris "Indonesia's Inalienable Right : Her Constitution Of Aug. 18_1945. Terdapat poster "Boeng ayo Boeng" karya Affandi, Chairil Anwar dan Dullah yang terkenal dengan tambah tulisan dibawahnya "Pertahankan Bendera Kita"
.
Sumber : Fotocollectie Van de Poll, Fotocollectie Dienst voor Legercontacten Indonesië, dan Time Life

Halaman:
1
2

Editor: Ibrahim H

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Wawasan Kebangsaan dan Pancasila di Mata Budayawan

Kamis, 23 Februari 2023 | 20:37 WIB

Pengakuan Algojo: Aku Ikut Menembak Mati Tan Malaka

Rabu, 22 Februari 2023 | 06:55 WIB

Kiai Sadrach dan Kristen Jawa

Minggu, 12 Februari 2023 | 08:20 WIB

Tragedi Ken Dedes dan Akhir Riwayat Tunggul Ametung

Senin, 23 Januari 2023 | 14:58 WIB

Ken Arok, Titisan Dewa Wisnu yang Menjadi Perampok

Jumat, 20 Januari 2023 | 11:23 WIB
X