HARIAN MASSA - Pada masa Perjuangan Kemerdekaan, mural pernah digunakan para pejuang dan seniman indonesia untuk perlawanan. Media yang digunakan pun sama dengan sekarang, tembok gedung dan pagar jalanan.
Begitupun dengan isinya, tidak ada yang berubah. Hanya saja, pada saat itu mural digunakan untuk menyemangati para pejuang dan mengkritisi pemerintah kolonial belanda. Sedangkan sekarang, kritik diarahkan ke pemerintah sendiri.
Baca juga: Mengenal Soegiarin, Jurnalis yang Memviralkan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia
Tetapi, tidak seperti pemerintah saat ini, dulu mural tidak dianggap berbahaya meski jelas berisi propaganda. Tidak seperti saat ini, mural dianggap musuh yang harus dihapus jika berisi nada kritis dan menyinggung pemerintah.
Sejarawan JJ Rizal mengatakan, mural setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945, merupakan penanda kebencian rakyat terhadap kolonialisme. Semua kebencian rakyat dituangkan dalam bentuk mural dan vandal.
"Seperti halnya laskar, maka mural setelah proklamasi kemerdekaan 17.8.45 adalah penanda bahwa rakyat benci terhadap kolonialisme apa pun bentuknya," katanya, dikutip ulang Harian Massa, Jumat (26/8/2021).
Dalam postingan baru grup komunitas Facebook Album Sejarah Indonesia, sejumlah poto mural masa perjuangan berhasil diabadikan oleh para fotografer perang. Berikut dokumentasi mural yang cukup langka tersebut:

Foto 1, berlokasi di sebuah Vila Singosari Malang yang terbakar, dengan tanggal 4 November 1947 oleh fotgrafer Bill Carmiggelt. Beberapa mural yang bertuliskan :
- "Terus Berjuang"
- "Djika belanda Ta' Süka Di Djadjah Djangan Mendjadjah" (Dengan gambar Ratu belanda yang diinjak oleh sepatu lars tentara Nazi, diperlihatkan lambang Swastika Nazi di sepatu lars tersebut)
- "Siap sedia"
- "Ati2 Waspada"

Foto 2, berlokasi di Garut, Jawa Barat pada bulan September 1947 oleh fotografer J.C Taillie. Terlihat mural yang menggambarkan barisan pejuang dengan perekonomian dan pertanian rakyat yang bertuliskan, "Teroes Berdjoang Oentoek Keselamatan Bersama"

Foto 3, berlokasi di Kuningan, Jawa Barat bulan Juli 1947 dengan tulisan bahasa Inggris : "Full Indenpendece And Internarional Brotherhood Of All Freedomloving Peoples".
Fotografer van Kalken.

Foto 4 berlokasi di Blitar, Jawa Timur pada tanggal 22 Desember 1948. mural bertuliskan "Agressi Spoor ? Baik ! Kita Gempur Pasti Hancur !"
"Blanda Datang ? Bumi Hangus Kita Lakukan !". Yang dimaksud Spoor adalah Komandan Militer belanda bernama Jenderal Simon Spoor yang memimpin Agresi Militer belanda I dan II.

Foto 5-7, berlokasi di Salatiga, pada tanggal 1 Oktober 1947 oleh fotografer Th. van de Burgt.

Foto 5 :
"Barang Siapa Menolong Moesoeh Diboenoeh Oleh Ra'jat" dan "Hai Pemoeda, Sekarang Djaman Perdjoeangan Djangan (tidak terbaca)

Foto 6 :
Dengan gambar mural seorang pria berusaha "menghajar", terdapat tulisan "Apalagi Moesoeh, Sedangkan Bangsa Kita Yang Merintangi Kemerdekaan Haroes Diboenoeh"

Foto 7 :
Dengan gambar mural seekor harimau menerkam seorang pria, dengan tulian "Apalagi Moesoeh Kita, Sedangkan Bangsa Kita Sendiri Jang Menghalang2ngi RI, Diboenoeh Ra'jat Taoe !"
Foto 8 berlokasi di Yogyakarta, pada tanggal 19 Desember 1948 oleh fotografer J. Zijlstra. Terlihat warga sedang berkumpul dengan background tembok bertuliskan "Siapa Toeroet N.I.C.A Pengchianat", "Toedjoean Kita Merdeka", dan "Soekarno-Hatta YES, Van Mook V.der Plass NO". Hubertus van Mook adalah Wakil Gubernur-Jenderal Hindia belanda, sedangkan Charles Olke van der Plas adalah tangan kanan van Mook

Foto 9 berlokasi di Bandung, Jawa Barat pada bulan April 1946 oleh fotografer Willem van de Poll. mural bertuliskan dalam bahasa Inggris, "After the recognition of out 100% independence, WE 7.000.000 Indonesians are ready to make discussions to all nations of the world. Before ... NO and NEVER also with you v. Mook with your 'grocer's policy'"

Foto 10, mural yang pernah masuk dalam majalah Time Life 1945/1946 oleh fotografer Jhon Florea. Tidak diketahui lokasinya. Bertuliskan dalam bahasa Inggris "Indonesia's Inalienable Right : Her Constitution Of Aug. 18_1945. Terdapat poster "Boeng ayo Boeng" karya Affandi, Chairil Anwar dan Dullah yang terkenal dengan tambah tulisan dibawahnya "Pertahankan Bendera Kita"
.
Sumber : Fotocollectie Van de Poll, Fotocollectie Dienst voor Legercontacten Indonesië, dan Time Life
Artikel Terkait
Aksi Heroik Mahasiswa Selamatkan Warga Saat Banjir Di Rangkasbitung
Ibu di Pinang Tangerang Tertangkap CCTV Buang Bayi Perempuan di Pelataran Masjid
KPCDI Kecam Perlakuan Kasar Dokter RSU GrandMed yang Menyebabkan Pasien Covid-19 Meninggal
Gol Ronaldo Dianulir, Juventus Gagal Menang di Awal Musim Liga Italia
Juliari Batubara divonis 12 tahun penjara, Ganti Rugi Rp14,5 Miliar
Pemerintah Perpanjang PPKM hingga 30 Agustus 2021
Polisi Sebut Pria Yang Meninggal di Atas Motor di Cisoka Mengidap Penyakit Paru
Wagub DKI Jakarta : Alhamdulillah Jakarta Sudah Masuk Zona Hijau
Bumi Hampir Saja Dilintasi Asteroid Super Besar
Campuran Vaksin Sinovac dan AstraZeneca Diklaim Bisa Lawan Varian Delta