Tragedi Ken Dedes dan Akhir Riwayat Tunggul Ametung

- Senin, 23 Januari 2023 | 14:58 WIB
Ken Dedes. Foto: Istimewa
Ken Dedes. Foto: Istimewa

HARIAN MASSA - Ken Dedes merupakan anak tunggal empu Purwa, pendeta Budha di Panawijen. Kecantikannya sangat terkenal di Laladan, sebelah timur Gunung Kawi. Bahkan tersohor hingga Tumapel.

Tubuhnya digambarkan tinggi semampai, ibarat bunga padma yang sedang mekar. Wajahnya halus cantik, tanpa lawan, dan matanya terlihat sayu menggairahkan.

Dalam kitab Pararaton, dikisahkan bahwa penguasa Tumapel, Tunggul Ametung penasaran dengan kecantikan Ken Dedes. Dia ingin membuktikan, dan melihat sendiri kecantikan putri empu Purwa itu.

Baca juga: Ken Arok, Titisan Dewa Wisnu yang Menjadi Perampok

Dia pun datang langsung ke rumah empu Purwa. Namun, sang empu sedang tidak di rumah. Hanya Ken Dedes yang ada. Sekoyong-koyong, Tunggul Ametung menculik Ken Dedes ke Tumapel dan mengawininya.

Saat empu Purwa pulang ke rumah, Ken Dedes sudah tidak ada. Hatinya sedih dan dia pun mengutuk.

"Semoga orang yang melarikan anakku, tidak akan lama mengenyam kenikmatan dunia. Semoga dia mati ditusuk keris dan diambillah istrinya," demikian empu Purwa mengeluarkan kutukannya.

Baca juga: Daud Beureueh, dari Pejuang Kemerdekaan hingga Pemberontak

Tidak hanya itu, empu Purwa juga mengutuk warga desa itu, karena tidak ada yang mau memberitahunya.

"Sumur-sumur di Panawijen supaya kering, dan sumber-sumber tidak mengeluarkan air lagi, sebagai hukuman para penghuni karena mereka tidak memberi tahu saya akan pencurian anak saya," kutuknya lagi.

Sementara itu, Tunggul Ametung sangat bahagia bisa memiliki Ken Dedes. Setiap malam, Ken Dedes digauli. Dari perhubungannya itu, Ken Dedes melahirkan satu orang anak Tunggul Ametung.

Baca juga: 5 Kekejaman Amangkurat I, Nomor 3 Paling Brutal

Anak itu lalu diberi nama Anusapati. Kelak, Anusapati akan menggantikan Ken Arok menjadi Raja Singosari.

Saat Ken Dedes tengah hamil Anusapati, Tunggul Ametung mengajaknya berlibur ke wilayah Boboji. Mereka pergi dengan menggunakan kereta kuda.

Halaman:

Editor: Ibrahim H

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Wawasan Kebangsaan dan Pancasila di Mata Budayawan

Kamis, 23 Februari 2023 | 20:37 WIB

Pengakuan Algojo: Aku Ikut Menembak Mati Tan Malaka

Rabu, 22 Februari 2023 | 06:55 WIB

Kiai Sadrach dan Kristen Jawa

Minggu, 12 Februari 2023 | 08:20 WIB

Tragedi Ken Dedes dan Akhir Riwayat Tunggul Ametung

Senin, 23 Januari 2023 | 14:58 WIB
X