Daud Beureueh, dari Pejuang Kemerdekaan hingga Pemberontak

- Senin, 2 Januari 2023 | 06:30 WIB
Daud Beureueh. Foto: Istimewa
Daud Beureueh. Foto: Istimewa

HARIAN MASSA - Daud Beureueh namanya dikenal sebagai pemberontak. Tokoh pejuang dari Kabupaten Aceh Pidie ini lahir dengan nama Muhammad Daud, pada 15 September 1899. Siapa yang masih mengenalnya?

Berikut Harian Massa akan mengulas sosok pejuang ini. Daud Beureueh merupakan pria kelahiran Desa Beureueh, di Kecamatan Mutiara, Kabupaten Aceh Pidie. Dia lahir dalam lingkungan Islam yang taat.

Ayahnya seorang ulama yang sangat dihormati dan oleh masyarakat setempat mendapatkan gelar sebagai Imam.

Baca juga: Sekolah Tan Malaka, Pendidikan yang Membebaskan Proletar di Indonesia

Sejak kecil, Daud Beureueh mengenyam pendidikan agama di pondok pesantren. Dia banyak belajar tentang ilmu agama Islam dan menguasainya, mulai dari bahasa Arab, tafsir, hadist, fiqh, tasawauf, dan lainnya.

Meski tidak mengenyam pendidikan Belanda, Daud Beureueh juga pandai bahasa asing itu. Kesadarannya terhadap politik kebangsaan sudah terlihat sejak dia mengenyam pendidikan di pondok pesantren.

Pada usia 15 tahun, Daud Beureueh sudah dikenal sebagai singa podium. Dia juga mulai dikenal dengan sebutan dai, dan mendapatkan gelar Teungku di Beureueh. Sejak itu, orang tidak lagi mengingat nama aslinya.

Baca juga: Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia yang Namanya Dihapus dalam Pelajaran Sejarah (1)

Muhammad Daud mulai dikenal dengan Daud Beureueh. Nama ini kemudian abadi dan dibawanya hingga mati.

Seperti dilansir dari buku Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20 karya Herry Mohammad, Daud Beureueh kemudian mendirikan Madrasah Saadah Adabiyah, di Blang Paseh, Sigli, pada 1931.

Dia juga kemudian terpilih sebagai ketua pertama Persatuan Ulama Aceh (PUSA) yang didirikan, pada 1939.

Baca juga: Tirto Adhi Soerjo dan Sejarah Awal Pers Pribumi di Hindia Belanda (1)

Pandangan Daud Beureueh tentang kebangsaan dan pentingnya menegakkan syariat Islam sangat menarik diikuti. Menurutnya, umat Islam di Indonesia tidak akan mendapatkan kemerdekaan sejati jika berdasar syariat Islam.

Cita-cita menegakkan syariat Islam itu hanya bisa dilakukan dengan kerja nyata mengusir penjajah, baik penjajah Belanda, Jepang, dan bangsa asing lainnya. Ucapan ini dibuktikan dengan terjun ke medan perang.

Halaman:

Editor: Ibrahim H

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Wawasan Kebangsaan dan Pancasila di Mata Budayawan

Kamis, 23 Februari 2023 | 20:37 WIB

Pengakuan Algojo: Aku Ikut Menembak Mati Tan Malaka

Rabu, 22 Februari 2023 | 06:55 WIB

Kiai Sadrach dan Kristen Jawa

Minggu, 12 Februari 2023 | 08:20 WIB

Tragedi Ken Dedes dan Akhir Riwayat Tunggul Ametung

Senin, 23 Januari 2023 | 14:58 WIB
X