Kisah Hoegeng Tidak Mempan Disogok Bandar Judi di Medan

- Sabtu, 15 Oktober 2022 | 07:10 WIB
kapolri Hoegeng Iman Santoso. Foto: Istimewa
kapolri Hoegeng Iman Santoso. Foto: Istimewa

HARIAN MASSA - Medan sudah terkenal dengan judinya, sejak zaman Kapolri Hoegeng Iman Santoso. Hoegeng pernah disogok bandar judi di Medan, saat menjadi Kepala Reskrim di Sumut.

Seperti apa? Berikut ulasan Harian Massa. Hoegeng dilahirkan di Pekalongan, pada 14 Oktober 1921. Dia lahir dengan nama Iman Santoso. Waktu kecil, dia memiliki badan yang gemuk dan kerap dipanggil bugel atau gemuk.

Namun, lama-kelamaan badan Hoegeng menjadi susut dan kurus, hingga panggilannya diubah dari bugel menjadi hugeng. Dari sinilah, awal sebutan Hoegeng itu. Hingga dewasa dan menjadi tua, Hoegeng tetap kurus.

Baca juga: Cerita Gubernur Pilihan Soekarno, Ali Sadikin Bangun Jakarta dengan Uang Judi

Kejujuran Hoegeng dalam memimpin tidak lepas dari pengaruh ayahnya Sukario Hatmodjo, seorang Kepala Kejaksaan di Pekalongan yang dikenal jujur.

Sejak kecil, Hoegeng sudah bercinta-cita menjadi polisi. Dia ingin seperti rekan ayahnya yang kepala polisi, yakni Ating Natadikusumah, yang jujur, suka menolong orang lemah, dan dicintai banyak teman-temannya.

Kisah Hoegeng disuap bandar judi di Medan, terjadi setelah dia lulus PTIK 1952. Awalnya, Hoegeng ditugaskan di daerah Jawa Timur. Kemudian, menjadi Kepala Reskrim di Sumut.

Baca juga: Kisah Rasuna Said Dipenjara Belanda karena Menolak Bujukan Daniel van der Meulen

Saat itu, Sumut sangat terkenal dengan judi, penyelundupan, dan tindak kriminal berat lainnya. Setibanya dari Surabaya ke Medan, dia disambut seorang utusan bandar judi di Pelabuhan Belawan.

Utusan itu mengatakan, sudah ada mobil dan rumah pribadi dengan perabotan yang lengkap untuk dirinya. Tetapi Hoegeng menolak semua tawaran cukong itu. Dirinya pun memilih tinggal di Hotel De Boer.

Saat itu, rumah dinas Hoegeng masih ditempati oleh pejabat yang lama. Akhirnya, Hoegeng menempati rumah dinasnya, di Jalan Rivai. Saat masuk ke dalam rumah dinas itu, Hoegeng sangat terkejut.

Baca juga: Entong Gendut dan Riwayat Pemberontakan Condet 1916

Ternyata, rumah dinasnya telah terisi perabotan lengkap, mulai dari kultas, piano, hingga sofa mahal. Semua perabotan itu dikirim oleh cukong yang diduga sempat menyogoknya di pelabuhan.

Hoegeng pun marah. Dia mengultimatum para bandar judi yang memberinya sejumlah fasilitas di rumah dinasnya itu untuk mengeluarkan kembali barang-barang miliknya, sampai waktu yang telah dia tentukan.

Halaman:

Editor: Ibrahim H

Tags

Artikel Terkait

Terkini

Wawasan Kebangsaan dan Pancasila di Mata Budayawan

Kamis, 23 Februari 2023 | 20:37 WIB

Pengakuan Algojo: Aku Ikut Menembak Mati Tan Malaka

Rabu, 22 Februari 2023 | 06:55 WIB

Kiai Sadrach dan Kristen Jawa

Minggu, 12 Februari 2023 | 08:20 WIB

Tragedi Ken Dedes dan Akhir Riwayat Tunggul Ametung

Senin, 23 Januari 2023 | 14:58 WIB
X