HARIAN MASSA - Rasuna Said bukan hanya nama sebuah jalan di daerah Kuningan, Jakarta. Tetapi sosok pejuang perempuan tangguh dari Maninjau, Sumatera Barat.
Rasuna Said dilahirkan, pada 14 September 1910, di Panyinggahan, tidak jauh dari pasar Maninjau. Ayahnya bernama H Muhammad Said, seorang pengusaha yang sukses.
Setelah menikah, Rasuna Said mendapat gelar Rangkayo. Sayang, pernikahannya dikabarkan tidak berakhir bahagia.
Perempuan yang akrab disapa Kak Una ini, menempuh pendidikan Islam sejak kecil. Dia tidak mau mengikuti jejak saudaranya mengikuti pendidikan di sekolah Belanda.
Pada usia 23 tahun, Rasuna Said dihukum oleh Belanda. Dia dimasukkan ke dalam penjara di Semarang, karena aktivitasnya di Persatuan Muslimin Indonesia (Permi).
Sebelum bergabung dengan Permi, Rasuna Said ikut bergerak dalam Sarekat Rakyat.
Dia baru bebas ketika Perang Dunia II pecah 1939. Sebagai anggota pimpinan Permi, Rasuna Said dianggap sangat berbahaya. Pidato-pidatonya tajam mengkritisi Belanda.
Pada zaman pendudukan Jepang, ia berada di Sumatera Barat. Setelah Indonesia merdeka, dia pindah ke Jawa dan menjadi anggota Badan Pekerja KNIP.
Setelah itu, dia menjadi anggota parlemen RI. Dari 1959 hingga 1965, dia menjadi anggota Dewan Pertimbangan Agung RI.
Baca juga: Kisah Kekejaman Militer Jepang, Hukum Pancung 40.000 Guru dan Kaum Cerdik Pandai di Kalimantan
Tentang kegigihan perjuangan Rasuna Said, Dr Daniel van der Meulen memiliki catatan khusus. Saat itu, Rasuna Said masih berada di dalam penjara karena aktivitas politiknya.
Sebagai Controuler BB di Tanah Batak dan Ranah Minang (Payakumbuh), dia pernah meminta Rasuna Said untuk pensiun dari kegiatan-kegiatan politiknya di Permi.
Tetapi perempuan pendiri Sekolah Thawalib di Padang ini tidak bergeming. Upaya brain wash Van der Meulen pun sia-sia belaka.
Melihat sikap keras Rasuna Said, pria yang pernah menjadi Asisten Residen di Palembang dan Makassar ini menilai, Kak Una merupakan pejuang yang tangguh.
Dalam catatan Van der Meulen itu juga diketahui, bahwa Rasuna Said pernah menjadi guru di sekolah menengah Islam dengan murid perempuan 1.000 orang.
Sebenarnya, jika saat itu Rasuna Said mau mengikuti saran atau bujukan Van der Meulen, maka hukumnya akan diperingan.
Tetapi bukan itu jalan yang dia tempuh. Perempuan tangguh itu akhirnya dihukum oleh Belanda dan masuk penjara perempuan di Semarang, hingga 1939.
Rasuna Said meninggal dunia, pada 10 November 1965, di usia yang relatif masih muda, 55 tahun. Dia meninggalkan seorang putri dari perkawinannya yang pertama.
Berdasarkan SK Presiden, No 084/TK/1974, Rasuna Said diangkat menjadi pahlawan nasional.
Sumber tulisan:
1. Rosihan Anwar, Sejarah Kecil Petite Histoire Indonesia Volume 1, Kompas, 2004.
2. Jajat Burhanuddin, Ulama perempuan Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, 2002.
Artikel Terkait
Kritik Aksi Walk Out Fraksi PKS, Nico Silalahi: Seharusnya Kalian Tarung!
Pesawat TNI AL yang Jatuh di Perairan Selat Madura Ditemukan Hancur, 2 Penumpangnya Tewas
4 Pekerja Tambang Emas di Lebong Tewas Kehabisan Oksigen di Kedalaman 40 Meter
Liz Truss Resmi Jadi Perdana Menteri Baru Inggris
Supir Angkot Hingga Tukang Ojek Akan Dapat Subsidi Akibat Kenaikan BBM
Ratu Elizabeth II Meninggal Dunia di Usia 96 Tahun
Pelaku Polisi Tembak Polisi di Lampung Tengah Diberhentikan dengan Tidak Hormat
Nasabah Bank BCA di Tajur Bogor Dirampok Modus Pecah Ban, Uang Tunai Rp400 Juta Ambas
Unggah Interview Calon Pekerja Tidak Bisa Bahasa Inggris, HRD Panen Kecaman Netizen
Kemacetan di Tangsel Makin Parah, Pilar Saga Harap Masuk Sekolah dan Kuliah Jam 9 Pagi