HARIAN MASSA - Hari Raya Idul Adha 1381 H atau Mei 1962. Saat itu, Presiden Soekarno salat di lapangan rumput antara Istana Negara dan Istana Presiden. Tiba-tiba seorang pria berdiri menembak. Dor!
Tembakan itu luput. Padahal, jarak penembak itu dengan Soekarno sangat dekat, hanya 5 meter. Tetapi, saat tengah membidik Soekarno, si penembak mengaku tiba-tiba matanya rabun.
Dia melihat Presiden Soekarno seolah menjadi dua orang. Karena penglihatan yang rabun itu, dia menjadi bingung untuk menembak. Tembakannya pun meleset mengenai Bung Karno.
Baca juga: DN Aidit, Gembong PKI yang Pandai Menghafal Alquran
Tetapi nahas, menyerempet bahu kiri Ketua DPR Zainul Arifin dari NU yang mengimami salat. Setahun setelah penembakan itu, Zainul Arifin meninggal dunia. Peristiwa ini menimbulkan kesedihan mendalam.
Upaya pembunuhan terhadap Presiden Soekarno sudah berkali-kali. Dia pernah dilempar granat, hingga dibidik pesawat tempur MIG 15. Namun yang terparah adalah penembakan saat sedang salat Idul Adha itu.
Sedang pelaku penembakan divonis mati. Namun, saat berkas disodorkan kepada Bung Karno untuk diteken, Bung Karno tidak sampai hati, karena pembunuhnya yang sebenarnya adalah orang-orang terpelajar ultrafanatik.
Baca juga: Film Janur Kuning Propaganda Orde Baru Tonjolkan Peran Soeharto Hapus Klaim Sultan
Seorang kiai pemimpin pondok pesantren di Bogor, Jawa Barat, H Moch Bachrum, lalu disebut-sebut sebagai otak yang mengatur dan memerintahkan pembunuhan terhadap Presiden Soekarno, saat salat Idul Adha 1962.
Kiai itu lalu di penjara. Saat meletus Gerakan 30 September (G30S), Kiai itu dimasukkan ke dalam sel tahanan para tapol G30S. Dia dipindahkan dari RTM ke penjara Salemba, bersama dengan ribuan tahanan G30S.
Saat di Salemba, kiai itu kembali bertemu dengan seorang Kapten CPM yang pernah menginterogasinya. Dia kembali ditanya perkara upaya pembunuhan terhadap Bung Karno, saat salat Idul Adha di Istana Presiden 1962.
Baca juga: Kisah Pedih Jaya Suprana Jadi Korban G30S, Ayahnya Diculik Tengah Malam pada Oktober 1965
Dia menyangkal semua tuduhan itu. Selama di Salemba, kiai tersebut banyak bergaul dengan para tahanan G30S.
Setiap salat berjamaah, dia yang memimpin salat. Dia juga banyak mengisi ceramah keagamaan dan mengajarkan agama Islam kepada para tahanan. Ternyata, banyak tahanan G30S yang paham agama Islam.
Artikel Terkait
Guru Bisa Jadi Kepala Sekolah: Wajib Tahu Ini Aturan Permendikbud Nomor 40 Tahun 2021
Kominfo Ancam Akan Putus PSE Lokal dan Mancanegara Jika Tidak Ikuti Aturan Ini
Angkut 59 Orang, Bus Pariwisata Jatuh ke Jurang 3 Meninggal dan 56 Orang Terluka
Gegara Anak Jatuh, Diduga Kakak Hajar Adik Kandung Berujung ke Polisi
Geger, Perempuan Penghuni Kos di Serpong Utara Ditemukan Bersimbah Darah
2 Korban Tanah Longsor di Pamijahan dan Leuwiliang Bogor Ditemukan Tewas
Anggota Brimob Iptu Olih Komarudin dan Istri Ikut Menjadi Korban Tewas Bus Masuk Jurang di Tasikmalaya
Pesan Seorang Siswa SD kepada Ibunya yang Meninggal Ini Bikin Ribuan Netizen Menangis
Gandeng B16, Bamsoet Akan Gelar Lomba Burung Berkicau Piala Ketua MPR RI
Liburan ke Bali 5 Hari Pulang Pergi Naik Pesawat dan Tidur di Hotel Mewah Cuma Rp13.800