HARIAN MASSA - Gerakan Samin jelas sangat menakutkan Pemerintah Belanda. Saat gerakan tidak membayar pajak dilakukan serentak oleh orang-orang Samin, pada 1914, penangkapan demi penangkapan terus dilakukan.
Yang mengejutkan, kesadaran orang Samin dalam melakukan perlawanan. Seperti tampak pada jawaban-jawaban dalam interogasi seorang Patih dengan seorang Samin yang ditangkap saat pembangkangan di Rembang berikut ini:
Patih: Kamu masih hutang 90 sen kepada negara.
Samin: Saya tidak berhutang kepada negara.
Patih: Tapi kamu harus bayar pajak.
Samin: Wong Sikep (orang Samin) tidak kenal pajak.
Baca juga: Gerakan Samin Menolak Membayar Pajak ke Pemerintah Kolonial Belanda (1)
Mendapat jawaban tegas dan berani dari pengikut Samin itu, sang Patih marah besar dan meminta opas memukul wajah petani itu. Meski dihadapkan dengan kemarahan Patih, orang Samin itu tetap tenang. Bahkan setelah ditampar.
Samin: Tentu saja priyayi ini tersinggung dan menganggap saya menjengkelkan. Negara memerintahkan kepadanya mengutip pajak. Sedang saya tidak mau membayarnya. Tentu saja ia jadi jengkel.
Patih: Apa kamu gila atau pura-pura gila?
Samin: Saya tidak gila, dan tidak pura-pura gila.
Patih: kamu biasanya bayar pajak, kenapa sekarang tidak.
Samin: Dulu itu dulu, sekarang itu sekarang. Kenapa negara tidak habis-habis minat uang?
Patih: Negara memerlukan uang juga untuk penduduk pribumi. Jika negara tidak punya cukup uang, tak mungkin merawat jalan-jalan dengan baik.
Samin: Jika keadaan jalan-jalan itu mengganggu kami, kami akan memperbaikinya sendiri.
Patih: Jadi kamu tidak mau bayar pajak?
Samin: Wong Sikep tidak kenal pajak.
Baca juga: Gerakan Samin Menolak Membayar Pajak Pemerintah Kolonial Belanda (2)
Meski perlawanan yang dilakukannya passif, tetapi di beberapa wilayah seperti Pati, gerakan Samin berlangsung cukup keras. Di wilayah ini, Pemerintah Belanda terpaksa mengambil langkah militer untuk memadamkan gerakan.
Karsijah, pemimpin gerakan Samin di Pati, akhirnya ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara, pada Oktober 1917.
Pada 1916, saat terjadi kerusuhan di Tuban. Pemerintah Belanda, dengan cepat menuduh Samin di balik kerusuhan itu. Mereka juga dituduh bekerjasama dengan Sarekat Islam untuk mengobarkan perang suci melawan Belanda.
Baca juga: Al Hallaj, Ulama Persia yang Dihukum Gantung dan Mayatnya Dipotong-potong
Tetapi, setelah dilakukan penyelidikan lebih jauh, Pejabat Tinggi Pemerintah Belanda, termasuk Departemen Dalam Negeri berpendapat bahwa peristiwa itu terjadi akibat kesalahan kebijaksanaan Dinas Kehutanan.
Persoalan ini pun berlarut, karena Dinas Kehutanan membantah pendapat Departemen Dalam Negeri. Pada 1917, asisten Residen Tuban, JE Jasper ditunjuk Pemerintah Belanda, menyelidiki latar belakang ekonomi gerakan Samin.
Hasilnya, gerakan Samin waktu itu sudah melewati masa puncaknya dan mulai mengalami suatu kemunduran.
Artikel Terkait
Bocah Tenggelam di Kali Angke Ditemukan Tewas di Jembatan Merah Cengkareng
675 Narapidana Dapat Remisi Bebas dari Penjara, Rayakan Lebaran di Rumah
Satpol PP Tangsel Evakuasi 77 KK Korban Banjir di Ciputat
Begini Perkembangan Pasca Banjir Genangi 77 KK di Serua Ciputat
3 Anak di Jakarta Meninggal Terserang Penyakit Misterius Hepatitis Akut
Ini Gejala Hepatitis Akut yang Renggut Jiwa 3 Anak di Jakarta dan Upaya Pencegahannya
Penyakit Misterius Hepatitis Akut Diikuti Sakit Kuning pada Anak, Masyarakat Diharap Waspada
Viral, Bule Cantik Telanjang di Pohon Berusia 700 Tahun Belakang Pura Babakan Bali
Pengunjung Bandara Soetta Membludak, Parkir Mobil Tidak Menampung
Sempat Alami Krisis di Usia Muda, Akbar Himawan Mampu Bangkit dan Raih Sukses