HARIAN MASSA - Tan Malaka merupakan sosok legenda hidup. Meski dibunuh berkali-kali, dia tidak pernah mati. Buah pikirannya terus dipelajari dan buku-bukunya terus dibaca hingga saat ini. Dia abadi.
Semasa Orde Baru, nama Tan Malaka dihilangkan dalam buku pelajaran sekolah. Rupanya, Tan Malaka dianggap sosok yang sangat berbahaya. Bukan hanya oleh bangsa asing, melainkan bangsa Indonesia sendiri.
Itulah sebabnya, kenapa Tan Malaka ditembak mati oleh tentara Indonesia, pada usia 52 tahun. Konon, tanggal kematiannya sama dengan hari kelahirannya, yaitu pada 19 Februari 1896 dan 19 Februari 1946.
Baca juga: Tan Malaka, Bapak Republik Indonesia yang Namanya Dihapus dalam Pelajaran Sejarah (1)
Harian Massa kali ini akan mengulas secara singkat misteri kematian sosok legenda Tan Malaka itu. Seperti apa?
Dalam pertengahan Maret 1946, satu peleton dari Batalyon Sriti, nama baru dari Batalyon 22, dikirim ke Mrican untuk membangun blokade-blokade jalan. Batalyon ini dipimpin seorang komandan bernama Banuredjo.
Salah satu komandannya, yakni Komandan Seksi Hersu membuat laporan rinci hukuman mati terhadap Tan Malaka.
Baca juga: Sekolah Tan Malaka, Pendidikan yang Membebaskan Proletar di Indonesia
Dikatakan, saat itu pasukannya bertemu dengan seorang pria berumur sekitar 50 tahun. Ciri-cirinya identik dengan Tan Malaka yang sedang menyamar. Dia memakai baju model Cina, pakai kopiah, dan kain sarung.
Meski telah berumur, menurut pengakuan Hersu, pria itu masih tampak gagah. Dia mengaku bernama Muhammad Hasyim, dari Desa Singonegaran, Kediri, dan baru pulang dari Desa Grogol mengunjungi anggota keluarganya.
"Di dalam hati, aku sudah berprasangka bahwa orang itu pasti mata-mata musuh yang memang banyak berkeliaran di wilayah gerilya," katanya, dikutip dari Harry A Poeze, Tan Malaka, Gerakan Kiri, dan Revolusi Indonesia.
Baca juga: Ken Arok dan Kisah Perebutan Kekuasaan di Jawa Abad ke-13
Tetapi Komandan Pleton, Sersan Mayor Panut mengenali sosok itu. Dia lalu bersiasat, bahwa mereka merupakan anak buah Sabarudin, yang saat itu berada di daerah Pare dan sedang menghimpun pasukan.
"Bukankah bapak ini, dulu sahabat Sabarudin juga? Kalau tidak salah ingat nama bapak adalah Tan Malaka," katanya.
Artikel Terkait
Kronologi Kerusuhan Suporter di Stadion Kertajati, Berawal dari Suporter Paksa Masuk Stadion
Laga PSIS Semarang Vs Persis Solo Digelar Tanpa Penonton, Kok Ribuan Suporter Datang?
Kocak! Ngomong Bahasa Arab Dikira Doa
Dihadiri Ribuan Warga, Gerilya Politik Anies Baswedan di Pontianak Usung Semangat Perubahan
Usai Terpilih Ketua Umum PSSI, Erick Thohir Temui Delegasi FIFA hingga ke Rumah Wasit Liga 2
Militer Ukraina Serang Tentara Rusia dengan Amunisi Zat Beracun, Bakar Paru-paru Lawan
Presiden Jokowi Pastikan Pasokan Beras Bertambah dari Panen Raya
Dosen UII Hilang saat Kunjungan Akademik di Norwegia, Pihak Kampus Koordinasi dengan KBRI
Helikopter Rombongan Kapolda Jambi Mendarat Darurat di Bukit Tamia Kerinci
Pedagang di Arab Saudi Teriak Nama Jokowi untuk Tarik Pembeli Jemaah Indonesia